Hukum

    Relokasi Waduk Ria-Rio

Jakarta, 4 Desember 2013 sekitar pukul 13.00 terlihat 3 unit alat berat excavator berada di sekitar tanah warga waduk ria-rio. Terdapat diluar kawasan anggota satpol pp dan kepolisian berjaga. Mengikuti Instruksi dari atasan , alat berat itu mulai membongkar bangunan-bangunan liar di kawasan itu. Penertiban berjalan secara lancar, terlihat hanya beberapa warga yang protes. Merka terlihat mendatangi Bapak Camat Pulo Gadung. Ada yang protes ada yang menanyakan kunci kamar dan hasil undian untuk Rusun Pinus Elok.
“ Warga waduk Ria-Rio telah setuju untuk pindah ke Rusun Pinus Elok. Jadi kegiatan relokasi ini berjalan lancar. Hanya sebagian warga aja yang belum terlau jelas dating untuk menanyakan sesuatu hal.” Tegas Hendrawan, Camat Pulo Gadung.

Terlihat warga sudah mengangkuti barang-barang ke truk dari tenda mereka masing-masing. Truk yang digunakan sekarang ini adalah milik Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta. Yang berfungsi sebagai transportasi warga dan barang-barangnya.


Satpol PP dan Polisi Tertibkan Relokasi Waduk Ria-Rio
       Hari semakin sore, terlihat ratusan pasukan gabungan berkumpul di Jalan Perintis Kemerdekaan, Pulo Gadung, Jakarta timur. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan selasa, 3 Desember 2013. Mereka akan mengamankan eksekusi relokasi waduk ria-rio. Semua warga waduk Ria-Rio akan dipindahkan ke Rusun Pinus Elok. Petugas yang terlalu banyak seperti sekarang ini sebenarnya membuat warga menjadi takut dan resah.

     Untuk memperlancar eksekusi ini, kami siapkan sebelas truk.” Ungkap Kasatpol PP DKI Jakarta Timur, Syardonan. 

      Terlihat salah satu petugas Satpol PP membantu seorang nenek keluar dari tenda menuju truk pengungsian.
      “Ada 300 petugasdari satuan Pamong Prajaditambah 50 dari anggota kepolisian.” Tambah Syardonan.

Warga Waduk Ria-Rio Setengah Hati Tinggalkan Lokasi

Fitri (34 tahun), salah satu warga waduk ria-rio korban relokasi. Fitri sebenarnya sangat setuju dengan ini semua, tapi yang disayangkan ibu Fitri bingung dengan sekolah ketiga anaknya.

Sambil tertunduk sedih di sebelah ketiga anaknya, tim kami lalu menghampuirinya. Menurut Fitri rabu, 4 Desember 2013 “ Saya setuju mas dengan warga sini pindah ke rusun, tapi saya bingung dengan sekolah anak-anak. Mereka sekolah di daerah sini, otomatis semaki jauh dan ada biaya transportasi lagi. Ga mungkin sekali mengurus surat pindah dalam waktu dekat. Dan pasti kena biaya di kecamatan untuk mengurusnya. Yang saya sayangkan relokasi ini terkesan terburu-buru aja.

Setelah mendengar curahan hati ibu Fitri, tim kami segera mencari bapak camat Pulo Gadung untuk menanyakan solusi buat ibu Fitri. Sayang sekali waktu itu bapak Teguh Hendrawan buru-buru bergegas pergi meninggalkan lokasi karena akan pergi ke kantor Walikota. 

No comments:

Post a Comment